ATASI MASALAH GIZI, JOKOWI SIAPKAN PANGAN LOKAL SEBAGAI MAKANAN TAMBAHAN

  



Pemerintah menyediakan makanan tambahan untuk mengatasi masalah gizi di Indonesia. Di antaranya kini beralih dari biskuit, menjadi pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal.

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Maria Endang Sumiwi seperti yang dikutip InfoPublik Sabtu (28/1/2023) mengatakan peralihan ini sudah dimulai sejak 2022 di 16 kabupaten/kota.

“Karena kami mau lihat pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal bisa dilakukan tidak. Pemberian makanan tambahan dengan pangan lokal ini disajikan siap santap oleh Posyandu,” kata Endang.

Pangan lokal ini lanjut Endang, dimasak oleh kader dengan menu khusus yang memenuhi kebutuhan gizinya baik protein maupun kebutuhan gizi yang lain. Sebanyak 16 kabupaten/kota percontohan itu berada di Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten dan Sumatera Selatan.

Sisanya mulai 2023 diperluas ke 389 kabupaten/kota. Selain pemberian makanan tambahan dengan makanan lokal, hal yang paling penting adalah pemberian edukasi kepada ibu tentang cara pemberian makanan yang baik untuk anak.

Hal tersebut bertujuan untuk mengejar penurunan angka stunting hingga 14 persen di 2024.

Sejumlah faktor yang mempengaruhi adanya penurunan stunting antara lain inisiasi menyusui dini, pemberian ASI eksklusif, pemberian protein hewani, dan konseling gizi.

Ada peningkatan proporsi pada 2022 yaitu inisiasi menyusui dini menjadi 60,1 persen dari yang sebelumnya 47,2 persen pada 2021. Anak yang diberi ASI jadi 96,4 persen 2022 dari yang sebelumnya ASI eksklusif enam bulan terjadi penurunan dari 48,2 persen pada 2021 menjadi 16,7 persen.

Pemberian sumber protein hewani menjadi 69,9 persen pada 2022 dari yang sebelumnya 35,5 persen pada 2021. Serta konseling gizi 32 persen pada 2022 dari sebelumnya 21,5 persen pada 2021.

“Pemerintah memiliki 11 intervensi spesifik stunting yang difokuskan pada masa sebelum kelahiran dan anak usia 6 sampai 23 bulan. “Pencegahan stunting jauh lebih efektif dibandingkan pengobatan stunting,” kata Endang.

Ada dua kelompok umur yang sangat signifikan dan penting untuk dilakukan intervensi pada stunting. Pertama saat kondisi sebelum kelahiran sebesar 18,5 persen pada 2022.

Endang juga mengatakan kelompok kedua pada usia 6-11 bulan meningkat tajam 1,6 kali menjadi 22,4 persen di kelompok usia 12-23 bulan.

“Di titik pertama (sebelum kelahiran) penting untuk intervensi di masa kehamilan. Dan intervensi kedua saat bayi mendapatkan MP-ASI setelah masa ASI eksklusif,” kata Endang.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

GANJAR PRANOWO BERTEMU DUBES SINGAPURA BAHAS POTENSI KERJA SAMA “GREEN ENERGY” DENGAN JATENG

𝐏𝐫𝐨𝐲𝐞𝐤 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐚𝐧𝐠𝐮𝐧𝐚𝐧 𝐉𝐚𝐥𝐚𝐧 𝐓𝐨𝐥 𝐁𝐚𝐰𝐚𝐡 𝐋𝐚𝐮𝐭 𝐈𝐊𝐍 𝐃𝐢𝐥𝐢𝐫𝐢𝐤 𝐊𝐨𝐫𝐞𝐚 𝐒𝐞𝐥𝐚𝐭𝐚𝐧

23 TAHUN MERANTAU DI LAMPUNG, MIMPI IMAM BERLEBARAN BARENG KELUARGA TERWUJUD BERKAT MUDIK GRATIS GANJAR PRANOWO